Kamis, 11 Mei 2023 – 19:33 WIB
Gaya Hidup VIVA – Penyakit menular seksual (PMS) sedang dalam penyelidikan karena meningkatnya jumlah kasus, terutama di kalangan ibu rumah tangga dan ibu hamil. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebutkan, selain kasus HIV yang menjadi sorotan, penyakit berbahaya lainnya adalah sifilis yang menjangkiti ibu hamil.
Sifilis atau penyakit raja singa juga dilaporkan meningkat dalam 5 tahun terakhir (2016-2022). Dari 12 ribu kasus menjadi hampir 21 ribu kasus dengan rata-rata kenaikan 17 ribu menjadi 20 ribu kasus setiap tahunnya. Gulir lebih jauh.
“Setiap tahun, dari lima juta kehamilan, hanya 25 persen ibu hamil yang diskrining sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil, 5.590 ibu hamil positif sifilis,” ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Muhammad Syahril, dalam siaran persnya.
Syahril menjelaskan persentase pengobatan penderita sifilis masih rendah. Alasannya klise, banyak orang menganggap penyakit ini memalukan dan enggan menelitinya. Apalagi masyarakat masih menggosipkan sifilis yang dianggap berbahaya bagi masyarakat sekitar.
“Rendahnya pengobatan karena stigma dan rasa malu,” imbuhnya.
Wanita hamil dengan sifilis yang diobati ini hanya mempengaruhi sekitar 40 persen pasien. Selebihnya, sekitar 60 persen tidak mendapat pengobatan dan berpotensi menularkan serta menyebabkan kecacatan pada anak yang dilahirkan. Efek ini bukan main-main dan deteksi dini harus segera dilakukan.
Halaman selanjutnya
Namun lagi-lagi, deteksi dini sifilis berbanding terbalik dengan pemikiran masyarakat. Hal ini mirip dengan proses deteksi dini penyakit menular seksual lainnya. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan hanya 55 persen ibu hamil yang dites HIV karena kebanyakan tidak mendapat izin suami untuk dites.